
[TINTA PERGERAKAN | RISDIK INFO]
Salam Perjuangan !
Hidup Mahasiswa !
Hidup Rakyat Indonesia !
.
Hallo Saintis Muda ! Have a wonderful day ! .
Risdik Info come back nih ! Kali ini risdik info akan hadir dengan postingan nobel terkini, serta jenis riset dan pendidikan yang berkaitan dengan ilmu sains yang berisi info yang akurat. Untuk malam hari ini akan mengulas mengenai 5 Ilmuwan Wanita yang Mengubah Sejarah. Yuk disimak penjelasannya😉
.
Wanita dan bidang sains tidak selalu sejalan. Seperti di bidang lainnya yang didominasi kaum pria, wanita dalam sains kerap tidak diakui prestasinya, atau didorong untuk ‘kembali ke tempat’ –Jadi ibu rumah tangga atau bekerja di pekerjaan ‘perempuan’. Namun, setiap ada diskriminasi, selalu ada pahlawan. Selain Ada Lovelace, yang menerima penghormatan dalam Ada Lovelace Day, berikut 5 ilmuwan wanita yang penemuannya mengubah sejarah.
1. Marie Curie

Marie lahir di Warsawa, Polandia pada 7 November 1867 dengan nama Maria Sklodowska. Ia merupakan anak termuda dari lima bersaudara, dengan kedua orangtuanya berprofesi sebagai guru. Sejak kecil, Curie sudah menunjukkan minat pada matematika dan fisika, yang diturunkan dari bakat ayahnya.
Mendapat kesempatan belajar di universitas Sorbonne, Paris, ia mendapat gelar Master di jurusan Fisika pada tahun 1893, dan gelar lainnya dalam Matematika di tahun yang sama. Marie membuat penemuan revolusioner dalam pengembangan zat uranium, dan mempelopori istilah ‘radioaktif’. Dalam proyek itu juga ia menemukan dua elemen radioaktif -polonium dan radium. Penemuan itu mengantarkannya menjadi wanita pertama pemenang Piala Nobel pada tahun 1903. Bersama suaminya, Pierre Curie, dan Henri Becquerel.
Hingga saat ini, nama Marie masih bergaung. Dikenal sebagai ‘ilmuwan wanita terkenal’, beberapa institusi pendidikan dan riset mengadaptasi namanya, seperti Institute Curie dan Pierre and Marie Curie University, yang keduanya terletak di Paris.
2. Elizabeth Anderson
Pertemuannya dengan Emily Davis, pejuang hak wanita, dan Elizabeth Garett, ahli fisika, menginspirasinya menjadi dokter. Walaupun sempat ditolak di sekolah medis, akhirnya Elizabeth pun berhasil mendapatkan kualifikasi Society of Apothecaries di tahun 1865.
Masuk sekolah kedokteran bukan akhir dari perjuangan Elizabeth. Walau dengan ijazah medis dan kehandalan bicara bahasa Perancis, ia ditolak masuk British Medical Register. Ia pun berbalik, mendirikan New Hospital for Women di St Mary’s Dispensary (sekarang menjadi London School of Medicine for Women). Ia bekerja sebagai profesor ginekologi dengan nama Dr Elizabeth Blackwell.
Karena kampanyenya, larangan untuk wanita masuk profesi medis dicabut pada tahun 1876. Elizabeth menjadi dekan dan pensiun di tahun 1902.
3. Chien-Shiung Wu

Wu lahir di Tiongkok pada tahun 1912. Setelah lulus dari National Central University in Nanking pada tahun 1936, ia terbang ke AS untuk mengejar ilmu. Setelah menerima Ph.D. di 1940, ia mengajar di Smith College dan Universitas Princeton. Pada tahun 1944 ia bekerja dalam deteksi radiasi di Division of War Research, Columbia University, dikutip dari NWHM.
Hasil kerja Wu menarik perhatian pemerintah. Pada Perang Dunia II, ia direkrut untuk bergabung dengan Manhattan Project, Columbia Universitu, yang merupakan proyek rahasia militer dalam mengembangkan bom atom. Ia bekerja mengembangkan bijh besi uranium yang akan digunakan sebagai bahan bakar peledak.
Selain itu, ia menjadi wanita pertama, yang menerima penghargaan honorary doctorate dari Universtiras Princeton.
4. Gertrude B. Elion

Gertrude, terdorong mengenyam pendidikan tinggi setelah kakeknya meninggal karena kanker, akhirnya ia masuk Hunter College dan mengambil jurusan kimia. Usianya masih 15 tahun saat itu, dan ia lulus pada usia 19 tahun.
Pada awal Perang Dunia II, ia bekerja serabutan sebelum direkrut oleh Burroughs-Wellcone (sekarang menjadi GlaxoSmithKline). Bersama Hitchings, rekan kerja setianya, ia bekerja mengembangkan obat-obatan dengan mempelajari komposisi kimia dari sel yang terkena penyakit.
Gertrude dan tim-nya membuat gebrakan dalam penemuan obat-obatan yang mampu melawan leukimia, herpes, dan AIDS. Ia merupakan penemu pengembangan azidothymide, yang menjadi obat pertama yang mampu merawat penderita AIDS.
5. Caroline Herschel

Caroline Herschel lahir di Jerman pada 1750. Saat kecil, Caroline terserang thypus, yang mengakibatkan pertumbuhan tingginya terhambat. Di usia dewasa, tingginya hanya 129 cm. Ini yang membuatnya sempat kecil hati dan patah semangat. Tidak berani mengenyam pendidikan dan bekerja.
Antara tahun 1783 dan 1787, ia menangkap komet M110 (NGC 205) di Galaksi Andromeda, dan antara 1786 – 97, menemukan 8 komet dan menemukan kembali komet Encke. Komet periodik 35P/Herschel-Rigollet dinamakan atas dirinya.
Ia dinobatkan penghargaan Gold Medal dari Royal Astronomical Society di tahun 1828, dan menjadi anggota kehormatan di tahun 1835. Setelahnya, tidak ada lagi wanita yang mendapat gelar serupa hingga tahun 1996.
.
.
Sumber : m.liputan6.com
.
Semoga postingan ini bermanfaat serta dapat menambah ilmu pengetahuan baru. Jangan lupa nantikan info selanjutnya 2 minggu lagi !!!
.
.
.
#BEMFMIPAUNRI
#TintaPergerakan
#SaintisMudaBerkarya
#RisdikInfo
.
Gubernur Mahasiswa : Fitrah Agra Nugraha
Wakil Gubernur Mahasiswa : Deni Rizaldi
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
DINAS RISET DAN PENDIDIKAN
BEM FMIPA UNRI 2019