
[TINTA PERGERAKAN NEWS | RILIS WORKSHOP ANTI LGBT]
.
Dinas PP BEM FMIPA Adakan Workshop Anti LGBT dengan Menyongsong Tema “Kenali, Pahami, dan Hadapi Bersama”
.
Pekanbaru (26/12/2019) – Sesuai data saat ini, di Provinsi Riau ada 8000 orang yang sudah terjangkit virus LGBT. Ini adalah jumlah yang sangat kritis bagi penduduk Provinsi Riau saat ini. Inilah yang menjadi suatu alasan diadakannya workshop tersebut, yaitu memberikan pemahaman kepada mahasiswa/i FMIPA tentang dampak LGBT. Kegiatan ini diadakan pada Rabu (18/12/2019) pagi, di Auditorium FMIPA Universits Riau.
.
Secara keseluruhan, tujuan diadakannya kegiatan ini adalah menolak secara langsung kaum LGBT yang ada di kalangan mahasiswa, khusunya mahasiswa FMIPA. Serta memberi pemahaman kepada mahasiswa FMIPA tentang dampak dari LGBT berupa bahayanya, pengaruhnya atau faktor penyebabnya.
.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut Deni Rizaldi selaku Wakil Gubernur Mahasiswa BEM FMIPA UNRI, Asda Nurhayati selaku Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan beserta jajaran anggota BEM FMIPA UNRI, serta seluruh tamu undangan dan peserta yang berkenaan hadir dalam kegiatan tersebut.
.
Dalam kata sambutannya, Detri Agusarma selaku ketua pelaksana menyampaikan bahwa, “BEM FMIPA UNRI mengajak rekan-rekan sekalian untuk sama-sama mengenali, memahami apasih LGBT dan apa saja bahaya-bahaya yang ditimbulkannya. Harapan kami dengan diadakannya workshop ini tentunya timbul pemahaman dari tiap-tiap individu yang anti terhadap perilaku penyimpangan ini,” ujar Detri.
.
Deni Rizaldi juga menyampaikan bahwa, “Semoga dengan diadakannya kegiatan ini munculnya pemahaman mengapa kita harus menolak perilaku LGBT ini, sesuai tema yang diangkat pada kegiatan. Bagaimana penyimpangan sosial ini bisa kita hadapi bersama dengan pergerakan yang berstruktur menjadi suatu pergerakan yang besar,” ujar Deni.
Kemudian, forum diberikan kepada Sri Ok Suryani, S.IP selaku pemateri pada kegiatan tersebut. Pemateri menjelaskan pandangannya berdasarkan sisi psikologi, “LGBT juga berkaitan dengan homofobia dan transfobia. Beberapa penelitian mengatakan bahwa LGBT dapat berupa gangguan kepribadian yang merujuk pada gangguan kesehatan mental. Kita memang harus tegas dalam mengikuti anjuran prosedural bagaimana kita menyikapinya dengan santun, tetapi tetap mengenai sasaran. Pada LGBT yang diperangi bukan orangnya, tapi kita memerangi dampak dan perilakunya. Faktor penyebab LGBT itu sendiri berupa, faktor keluarga berupa pola asuh dan KDRT yang menyebabkan traumatis, faktor lingkungan dan perlakuan, serta faktor genetik ,” jelas Sri.
.
“Kebijakan yang terkait dengan hak-hak LGBT cukup bervariasi, dengan adanya sejumlah komisi nasional yang mengakui dan memberikan dukungan bagi kelompok LGBT, serta mengungkapkan dukungan resmi bagi kelompok LGBT karena wabah HIV. Mengingat pentingnya bekerja dengan pendekatan berbasis hak asasi manusia,” lanjut Sri.
.
Setelah penjelasan dari pemateri, kegiatan dilanjutkan dengan forum group discussion dan sesi tanya jawab. Pemateri memberikan suatu kasus mengenai, bagaimana jika negera hadir kepada bangsanya untuk melindungi atau menjamin kehidupan yang bebas dengan hak yang harus dilindungi. Jika kita menyatakan tidak sepakat dengan sekelompok LGBT tersebut. Jadi, bagaimana sikap negara seharusnya?
“Kita kembali kepada pengertian hak asasi manusia itu tadi. Hak asasi manusia adalah pemberian dari Tuhan sejak lahir sedangkan sifat LBGT itu sendiri bukan pemberian dari Tuhan sejak lahir. Jadi itu bukan termasuk ke dalam hak asasi manusia. Jadi negara berhak untuk menolak permintaan perlindungan dari kaum LBGT tadi.” Ujar salah satu peserta berdasarkan pandangannya. (DM)
.
.
.
#BEMFMIPAUNRI
#TintaPergerakan
#SaintisMudaBerkarya
#RilisWorkshopAntiLGBT
.
Gubernur Mahasiswa : Fitrah Agra Nugraha
Wakil Gubernur Mahasiswa : Deni Rizaldi
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
BEM FMIPA UNRI 2019